Senin, 30 Maret 2009

Sifat Seorang Penghuni Syurga

KISAH menarik perlu dihayati bakal penghuni syurga adalah seperti sabda Rasulullah SAW kepada sahabat, “Sebentar lagi seorang penghuni syurga akan masuk.” Mendengar khabar itu semua mata btertumpu ke pintu masjid. Dalam fikiran sahabat, terbayang watak orang yang luar biasa.

Tiba-tiba masuklah seorang lelaki yang mukanya masih basah dengan air wuduk. Penampilannya biasa saja. Ia bukan orang terkenal iaitu Abu Umamah Ibnu Jarrah. Keesokan harinya, peristiwa serupa berulang, demikian pula hari ketiga. Sahabat menjadi hairan, amalan apa dimiliki orang itu hingga Rasulullah SAW menyebutnya calon penghuni syurga.

Di kalangan sahabat, Abdullah bin Amr bin ‘Ash, meminta izin kepada Abu Umamah untuk menginap tiga hari di rumahnya. Tiga hari tiga malam, Abdullah memperhatikan, meneliti bahkan mengintip tuan rumah. Namun tidak ada satu pun yang istimewa. Hari dilalui tidak jauh berbeza dengan sahabat lain. Ibadatnya pun biasa saja.

Pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Aku mesti berterus terang kepadanya, ujar Abdullah. Ia pun bertanya, amal apakah yang engkau lakukan sehingga Rasulullah SAW memanggilmu calon penghuni syurga? Jawapan Abu Umamah sungguh mengecewakan, “Apa yang engkau lihat itulah.”

Ketika Abdullah hendak pergi, tiba-tiba tuan rumah berkata: “Wahai saudaraku, sesungguhnya aku tidak pernah iri hati dan dengki terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Sebelum tidur, aku selalu bersihkan hati daripada ujub, takbur, dengki dan rasa dendam.”

Ada banyak teladan dalam kisah itu. Namun yang pasti, hanya orang bersih hati yang akan memasuki syurga tertinggi, juga bertemu dengan Al-Khaliq, Allah Azza Wa Jalla.

Firman Allah yang bermaksud: “Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan (iaitu) di hari harta dan anak pinak tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Surah as-Syu’araa, ayat 78)

Kebersihan hati adalah kunci untuk membuka pintu syurga. Sekecil mana pun amalan, tetap akan dapat memasukkan orang ke syurga, asalkan ia memiliki hati bersih. Sebaliknya, sebanyak mana pun amalan, tidak akan bererti sama sekali apabila kita memiliki hati penuh penyakit.

Abu Umamah layak diteladani. Ia bukan sahabat terkenal seperti Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan atau Ali bin Abi Talib. Ibadatnya tidak tersohor seperti Abu Darda’, Abdul Rahman bin ‘Auf, Salman al-Farisi, juga beberapa sahabat lainnya.

Namun darjatnya di mata Allah dan Rasul-Nya demikian tinggi, hingga Rasulullah SAW menyatakan ia sebagai calon penghuni syurga kerana hatinya bersih daripada penyakit, kebencian dan dendam. Sehingga semua amalan kebaikannya tetap utuh dan bernilai di hadapan Allah.

Oleh itu, selain sibuk memperbanyak amalan kebaikan, hendaklah menjaga hati daripada penyakit membahayakan kerana sia-sia saja menghiasi diri dengan amalan wajib mahupun sunat sedangkan hati tidak pernah dibersihkan. Sebaliknya walaupun amalan kita biasa saja, namun hati bersih, maka nilainya akan jauh lebih tinggi di hadapan Allah.

Walau bagaimanapun syaitan tidak akan duduk diam tetapi berusaha menghancurkan amalan baik sedang dikerjakan hamba. Maka sedang kita sibuk mengerjakan amalan, jangan lupakan hati. Lindungi daripada penyakit yang membinasakan amalan.

Menurut Rasulullah SAW, ada tiga penyakit yang akan menghancurkan amalan seseorang iaitu yang pertama ialah takbur atau sombong.

Imam al-Ghazali dalam kitab ‘Ihya Ulumuddin’ berkata, takbur akan menjadi batas pemisah antara seseorang dengan kemuliaan akhlak. Orang takbur akan selalu mendustakan kebenaran, menganggap rendah orang lain dan meninggikan dirinya.

Sedikit saja di hati ada sikap takbur, maka syurga akan menjauh, amalan tidak mempunyai erti. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Tidak akan masuk syurga seseorang yang dalam hatinya ada sikap takbur walaupun sebesar debu.” (Hadis riwayat Muslim)

Kedua, hasad atau iri hati (dengki). Ciri khas seorang pendengki adalah adanya rasa tidak rela melihat orang lain mendapat nikmat dan sangat berharap nikmat itu segera lenyap daripadanya. Ia susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah.

Dengki sangat berkesan menghancurkan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Dengki itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (Hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)

Ketiga, riak atau beramal kerana mengharap pujian orang lain. Riak adalah tingkatan terendah daripada amalan. Rasulullah SAW menyebutnya syirik kecil yang juga boleh menghapuskan kebaikan. Allah tidak akan menerima suatu amalan yang dalamnya ada seberat debu saja perasaan riak.

Hadis qudsi mengungkapkan bagaimana murkanya Allah kepada orang yang riak dalam amalannya. Pada hari kiamat Allah berfirman, ketika semua manusia melihat catatan amalannya, “Pergilah kamu semua kepada apa yang kamu jadikan harapan (riak) di dunia. Lihatlah apakah kamu semua memperoleh balasan daripada mereka.” (Hadis riwayat Ahmad dan Baihaqi)

Firman Allah yang bermaksud: “Maka kecelakaanlah bagi orang yang solat (iaitu) orang yang lalai dari solatnya dan orang berbuat riak.” (Surah al-Maa’um, ayat 4 - 6)

Kerana tidak ada kebersihan hati, banyak orang jadi hina dan sengsara. Allah menciptakan wang supaya manusia dekat dengan Allah. Wang yang dikurniakan disedekahkan, berzakat dan menolong orang sehingga darjat meningkat di sisi Allah.

Namun sebaliknya, banyak menjadikan dirinya hamba wang, demi mencari wang dia sanggup menipu orang, mencuri, rasuah, menculik, menyorok dan menaik harga barang serta bersubahat. Inilah menyebabkan hati seseorang tidak bersih dan menghapuskan segala amalan kebaikan dikerjakannya.

Justeru, amalan seseorang menggambarkan kebersihan hati nurani kerana sifat ujub, takbur, dengki dan rasa dendam menyebabkan halangan serta gangguan untuk seseorang itu menjadi penghuni syurga.


Sumber: http://serikasih.blogspot.com Selengkapnya...

Selasa, 03 Maret 2009

Sekilas Tentang Surga

Keberadaan Surga

Keberadaan surga ditunjukkan dengan dalil dari
al-Qur'an dan as-Sunnah. Dari al-Qur'an , di antaranya
adalah firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga
tempat tinggal." (QS. 53:13-15)

Disebutkan di dalam as-Shahihain (riwayat al-Bukhari
dan Muslim) dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu dalam
kisah Isra' Mi’raj bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam melihat Sidratil Muntaha dan melihat di
sisinya ada Jannatul Ma'wa. Beliau bersabda,
"Kemudian Jibril membawaku pergi hingga berhenti d
Sidratil Muntaha, maka Sidratil Muntaha itu diliputi
warna-warni yang aku sendiri tidak mengetahui apa itu.
Lalu beliau bersabda, "Kemudian aku masuk ke dalam
surga dan ternyata di dalamnya bertahtakan mutiara dan
debunya terbuat dari misik." (HR al-Bukhari dan
Muslim)

Dan di dalam riwayat lain dari Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
"Sesungguhnya salah seorang di antara kalian apabila
mati maka akan diperlihatkan kepadanya tempat
kembalinya setiap pagi dan sore. Kalau diperlihatkan
bahwa dia termasuk penghuni neraka, maka dia akan
menjadi penghuni neraka. Dan Jika diperlihatkan
sebagai penghuni surga, maka dia akan menjadi penghuni
surga. Lalu dikatakan, "Inilah tempatmu hingga Allah
membangkitkanmu pada hari Kiamat." (HR al-Bukhari dan
Muslim)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits yang
menunjukkan bahwa surga adalah makhluk Allah subhanahu
wata’ala yang telah diciptakan, sebagaimana pula
dengan neraka. Maka orang yang menyelisihi keyakinan
ini adalah termasuk ahli bid'ah, seperti mu'tazilah
yang mengatakan bahwa surga belum diciptakan, tetapi
baru diciptkan pada hari Kiamat kelak.

Pintu-Pintu Surga

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa
ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila
mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah
terbuka dan berkatalah kepada mereka
penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan)
atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini,
sedang kamu kekal di dalamnya" (QS. Az-Zumar:73)

Di dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala menyebutkan
bahwa surga memiliki pintu-pintu, sebagaimana juga
neraka. Dan pintu-pintu surga apabila nanti telah
terbuka, maka akan terus dibiarkan terbuka tidak
sebagaimana pintu neraka, ia akan ditutup rapat sebab
neraka merupakan penjara. Allah subhanahu wata’ala
berfirman, artinya,
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya
bagi orang-orang yang bertaqwa benar-benar
(disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga
'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.” (QS.
38:49-50)

Adapun neraka, maka tidak demikian, sebagaimana firman
Allah subhanahu wata’ala,
“(Yaitu) api (disediakan) Allah yang dinyalakan, yang
(naik) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup
rapat atas mereka.” (QS. 104:6-8)

Rahasia di balik terbukanya pintu surga bagi para
penghuninya adalah karena mereka dapat mondar-mandir,
datang dan pergi ke mana saja sesuka mereka. Dan yang
ke dua adalah karena malaikat masuk ke dalam surga
setiap waktu dengan penuh sikap lembut dan ramah. Ini
menunjukkan bahwa surga merupakan tempat aman dan
kedamaian yang tidak butuh untuk dikunci (ditutup)
pintunya.

Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
"Di dalam surga terdapat delapan pintu, salah satunya
sebuah pintu yang disebut dengan "ar-Rayyan". Tidak
memasuki pintu tersebut kecuali orang-orang yang
berpuasa."

Di Manakah Surga Berada?

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga
tempat tinggal." (QS. 53:13-15)

Ayat ini menunjukkan bahwa surga itu berada di atas
langit, karena Sidratil Muntaha berada di atas langit.
Dan juga firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan
terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS.
51:22)

Imam Mujahid berkata, "Yang dimaksudkan adalah surga."
Dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu juga berkata, "
Surga itu berada di atas langit yang ke tujuh."

Kunci Surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Kunci Surga adalah persaksian tiada ilah yang berhak
disembah kecuali Allah." (HR Ahmad 5/242). Dikatakan
kepada Wahb bin Munabbih, "Bukankah kunci surga itu
adalah kalimat la ilaha illallah? Maka dia menjawab, "
Ya, akan tetapi tiadalah suatu kunci itu kecuali dia
mempunyai gigi-gigi. Jika engkau datang dengan kunci
yang bergigi, maka surga akan terbuka, jika tidak,
maka tidak akan terbuka. Beliau memaksudkan dengan
gigi di sini adalah rukun-rukun Islam.

Jalan Menuju Surga

Jalan menuju surga telah disepakati oleh para rasul
dari awal hingga akhir hanyakah satu. Sedangkan jalan
ke neraka amatlah banyak tidak terhitung. Oleh karena
itu Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa jalan
yang lurus itu hanyalah satu dan menyebutkan jalan
kesesatan adalah banyak. Allah subhanahu wata’ala
berfirman, artinya,
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertaqwa." (QS. Al an'am 153)

Dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuatkan
kami sebuah garis lurus lalu bersabda, "Ini adalah
jalan Allah". Kemudian beliau membuat banyak garis di
sebelah kanan dan kirinya lalu bersabda, "Ini adalah
jalan-jalan, dan pada setiap jalan itu terdapat syetan
yang menyeru ke sana." Lalu beliau membacakan ayat
tersebut di atas.

Tingkatan Surga

Surga memiliki tingkatan-tingkatan, sebagaimana firman
Allah subhanahu wata’ala, artinya,
”(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi
Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan.” (QS. 3:163)
Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta
rejeki (nikmat) yang mulia.” (QS. 8:4)

Tingkatan surga tertinggi adalah surga Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu "Al Wasilah"
sebagaimana dalam hadits riwayat imam Muslim dari Amr
bin al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Apabila kalian mendengar muadzin (sedang adzan) maka
ucapkanlah seperti yang dia ucapkan kemudian
bershalawatlah kepadaku, karena barangsiapa yang
bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan
bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah
untukku Al-Wasilah, Karena ia merupakan kedudukan di
surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang
hamba saja dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap
orang itu adalah aku. Barangsiapa yang meminta untukku
al-Wasilah maka dia berhak mendapatkan syafa'atku.”
(HR. Muslim).

Nama-nama Surga

Surga biasanya disebut dengan Jannah, dan inilah nama
yang umun digunakan untuk menyebut tempat ini dan
segala yang terdapat di dalamnya berupa kenikmatan,
kelezatan, kemewahan, dan kebahagiaan. Nama-nama lain
dari Surga di antaranya yaitu:

1. Darus Salam

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi
Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan
amal-amal sholeh yang selalu mereka kerjakan.” (QS.
6:127)

Surga adalah Darussalam (negri keselamatan) dari
segala musibah, kecelakaan, dan segala hal yang tidak
disukai, dan dia merupakan negri Allah subhanahu
wata’ala, diambil dari nama Allah “as-Salam”. Allah
subhanahu wata’ala pun mengucapkan salam atas mereka,
“Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan
memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka
dikatakan), "Salam", sebagai ucapan selamat dari Rabb
Yang Maha Penyayang.” (QS. 36:57-58)

2. Jannatu 'adn

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya
bersama-sama dengan orang-orang yang sholeh dari
bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya,
sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka
dari semua pintu, (sambil mengucapkan), "Salamun
'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.” (QS. 13:23-24)

3. Jannatul Khuld

Karena penduduknya kekal di dalamnya dan tidak akan
berpindah ke alam (tempat) lain. Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya,
”Katakanlah, "Apakah (azab) yang demikian itu yang
baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada
orang- orang yang bertaqwa?" Surga itu menjadi balasan
dan tempat kembali bagi mereka.” (QS. Al-Furqan:15)

4. Darul Muqamah

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Dan mereka berkata:"Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan duka cita dari kami.Sesungguhnya Rabb
kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga)
dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah
dan tiada pula merasa lesu". (QS. 35:34-35)

5. Jannatul Ma'wa, al-Ma’wa artinya adalah tempat
menetap sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala
dalam surat an-Najm di atas. Disebut demikian karena
surga merupakan tempat menetapnya orang-orang mukmin

6. Jannatun Na'im

7. Al Muqamul Amin

Sumber: Buku “Biladul Afrah”, Sulaiman bin Shalih
al-Khurasyi, Gambaran surga secara ringkas dari kitab
“Hadil Arwah” Imam Ibnul Qayyim.

sumber : www.alsofwah.or.id Selengkapnya...

Wanita Calon Penghuni Surga (1)


Ketika Baginda Rasul SAW mengatakan Penghuni Neraka kelak lebih banyak kaum wanita. maka salah satu sahabat bertanya, ya Rasulullah Apakah mereka tidak gemar beribadah kepada Allah bukan jawab rasulullah SAW, lalu kenapa ?

Mereka bahkan lebih taat menjalankan Sholat, puasa dan hadir dalam majlis ta'lim tapi mereka tidak bisa menjaga kehormatan suaminya.

Diantaranya :

1. Mengeluhkan uang belanja yang diberikan suaminya ( tidak mensyukurinya )
2. Menceritakan kekurangan suaminya ( tidurnya mendengkur dan lain sebagainya )
3. Tidak dapat menjaga harta suaminya


Dalam hadits lain disebutkan :

1. Ya Rasulullah siapakah yang berhak atas diriku tanya seorang muslimah? Suamimu, lalu siapa lagi Ibumu jawab Rasulullah

2. Rasulullah bersabda " Seandainya Allah Mengizinkan Manusia menyembah manusia Maka aku suruh seorang istri menyembah suaminya.

Lalu siapakah wanita penghuni syurga ?

1. Wanita yang menegakkan Sholat
2. Wanita yang menjalankan Puasa dibulan Ramadhan
3. Wanita yang menjaga kehormatan dirinya ( diantaranya menutup aurat )
4. Patuh pada suami, dan suaminya ikhlas kepadanya


(sumber ; Edi S. Kurniawan, Muhammad Haryadi, e-mail : Riyadi_albatawy@yahoo.co.id) Selengkapnya...

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA DI BLOG INI SEMOGA BERMANFAAT